Jika anda sedang membuka akun fb dan ingin mengirim alamat posting ini kedinding anda, silahkan klik jempol dibawah:
Jejaring sosial Facebook kian menunjukkan adanya perubahan sikap sosial masyarakat dalam berinteraksi terhadap sesama. Lewat Facebook, sejumlah aktivitas sosial, termasuk mencari pasangan, kini jadi tren yang unik. Keistimewaan Facebook dalam memudahkan sosialiasi, menampilkan foto, hingga menyajikan berbagai informasi tentang diri membuat jejaring sosial ini dicintai oleh orang-orang yang ingin eksis dan suka tampil narsisSebagian besar pengguna Facebook masih sering intip status mantan kekasihnya
Berbagai kelebihan Facebook (FB) itu ternyata membawa konsekuensi pada cara orang menarik perhatian lawan jenisnya. Malahan, karena tidak perlu bertatap muka secara langsung, FB kini menjadi tempat yang nyaman untuk saling menarik perhatian lawan jenis.
Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh majalah pria Mens Health di Amerika, terungkap fakta-fakta mengejutkan seputar pengaruh jejaring sosial itu pada pola hubungan. Survei dilakukan terhadap 1.377 pria dan 1.540 wanita.
Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh majalah pria Mens Health di Amerika, terungkap fakta-fakta mengejutkan seputar pengaruh jejaring sosial itu pada pola hubungan. Survei dilakukan terhadap 1.377 pria dan 1.540 wanita.
Sekitar 70 persen responden menjawab, mereka memakai Facebook untuk menggoda orang lain. Akibatnya, sebanyak 59 persen pengguna Facebook, mayoritas wanita, mengakui mereka merasa cemburu dengan interaksi pasangannya di Facebook, terutama interaksi dengan lawan jenis.
Dalam survei itu juga terungkap beberapa modus terjadinya perselingkuhan, seperti diawali saling mengirim komentar pada foto atau status, kemudian berlanjut dengan mengobrol (chatting), membuat janji pertemuan, dan sebagainya. Mungkin karena ingin menggaet pasangan, sekitar 24 persen responden menjawab mereka tidak menyatakan dengan jujur status hubungan mereka. Kebanyakan menjawab masih lajang (single). Bahkan, sebanyak 27 persen tidak menyebutkan status hubungan mereka.
Dikutip dari Mens Health, sekitar 29 persen responden mengakui foto yang mereka tunjukkan atau ungkapan pikiran di dinding (wall) laman FB mereka memicu pertengkaran dengan pasangannya. Oleh karena itu, 11 persen responden menjawab mereka membuat batasan khusus sehingga pasangan mereka tidak bisa melihat berbagai aktivitas yang dilakukan (menulis status, komentar, atau mengunggah foto).
Bila pada awalnya FB ditujukan untuk mempertemukan penggunanya dengan teman-teman lama atau teman yang pernah dikenal secara fisik, kini FB lebih banyak dipakai untuk mencari kenalan. Sekitar 23 persen responden menyatakan mereka mengirimkan permintaan pertemanan pada orang-orang yang mereka anggap menarik.
Upaya menarik minat lawan jenis juga dilakukan dengan pemasangan foto yang menarik. Sekitar 11 persen responden wanita mengaku mereka sengaja memasang foto yang provokatif untuk menarik perhatian pria. Kemudahan akses informasi pada jejaring sosial ciptaan Mark Zuckerberg ini juga membuat 85 persen responden sering tergoda untuk melihat laman FB milik mantan kekasih. Sebanyak 17 persen responden menjawab, setidaknya seminggu sekali mereka mengecek laman FB mantannya.
Sekitar 32 persen responden wanita secara blak-blakan mengakui mereka mencoba berhubungan kembali dengan mantannya melalui FB dan 16 persen dari mereka sebenarnya sudah berstatus sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Bagaimana dengan responden pria? Tak jauh berbeda. Sebanyak 36 persen dari mereka juga mencoba kembali dengan mantannya, dan 1 dari 5 pria ini sudah berpasangan dengan orang lain.
Inilah Tingkah Laku Baru Yang Aneh Akibat Efek Dari Facebook
Maraknya kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook, twitter merupakan fenomena perkembangan zaman. Namun siapa sangka jika kehadiran situs ini bisa memicu perubahan perilaku seseorang. Sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat, jejaring Facebook, saat ini merupakan situs yang paling banyak diakses telah mengubah banyak aspek perilaku, khususnya terkait dengan cara menjalin hubungan dengan pasangan.
Nah, berikut merupakan beberapa prilaku aneh pecandu jejaring sosial yang ditemukan para peneliti:
Berbohong dalam status
Sedikit para facebookers yang tidak memasang status relationship mereka sejujurnya. Dengan begitu, mereka lebih menyukai ‘opsi terbuka’ pada kemungkinan selingkuh atau meneruskan flirting dengan orang lain. Tercatat 27% pengguna tidak memasang status hubungan sama sekali, dan setengah dari mereka masih melajang.
Bencana posting wall
Sebanyak 29% mengatakan bahwa kiriman pesan di dinding (wall) atau foto dapat menimbulkan masalah dengan pasangan. Sebanyak 42% mengatakan, mereka mendapat keluhan dari pasangannya, dan 11% dari yang disurvei menempatkan pasangan mereka pada profil terbatas, sehingga tak dapat mengakses atau melihat semua aktivitas yang dilakukannya di Facebook
Sarana Flirting
Sebanyak 70% pengguna mengaku memanfaatkan Facebook untuk merayu atau menggoda teman. Sebanyak 24% si penggoda ini mengunakan jejaring sosial untuk merayu orang lain ketimbang pasangannya sendiri.
Jadi pecemburu
Sebanyak 59% mengaku sering cemburu karena pasangannya berhubungan dengan orang lain di Facebook. Hasil penelitian Amy Muise Ph.D dari University of Guelph, mengindikasikan, Facebook berkontribusi memicu kecemburuan, bahkan pada orang yang sebenarnya tidak punya kecenderungan atau sifat cemburuan.
Membobol akun pasangan
Sebanyak 23% responden mengaku pernah membobol atau nge-hack akun pasangannya di Facebook . Sebanyak 18% responden mengaku tahu password pasangannya, sekitar 85% mengaku diberitahu password-nya, 16% menebak password-nya, dan 9% responden sengaja nge-hack akun Facebook pasangan.
Mencari mantan kekasih
Sebanyak 85% pengguna mencari dan menelusuri mantan kekasihnya melalui Facebook. Sekitar 17% dari mereka selalu mengecek halaman mantan kekasihnya, setidaknya sekali dalam seminggu.
Nah bagaimana sobat ruanghati.com ada diantara hal diatas yang pernah Anda lakukan atau alami?
Situs jejaring sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Di balik manfaatnya yang memudahkan komunikasi, situs jejaring sosial masih menjadi salah satu penyebab perceraian di era digital. Berdasarkan survei American Academy of Matrimonial Lawyers, satu dari lima perceraian di Amerika Serikat disebabkan oleh jejaring sosial Facebook. Dikutip dari The Frisky, 80 persen pengacara perceraian melaporkan lonjakan jumlah kasus yang menggunakan media sosial sebagai bukti perselingkuhan pasangan.
Kebanyakan bukti yang diperlihatkan adalah foto-foto mesra yang menjadi penyebab percekcokan pasangan. Kasus lainnya, banyak pasangan yang menemukan dan berselingkuh dengan mitra mereka di masa lalu. Situs jejaring Facebook menempati peringkat atas penyebab retaknya rumah tangga di AS dengan 66 persen digunakan sebagai sumber bukti kasus perceraian. Kemudian diikuti MySpace dengan 15 persen, Twitter 5 persen dan lainnya sebesar 14 persen. Survei tersebut juga menemukan, sebanyak 20 persen petisi perceraian di Inggris menyalahkan Facebook sebagai ajang selingkuh pasangan.
“Alasan yang paling umum adalah orang dengan mudah melakukan pembicaraan seksual dengan orang yang tidak seharusnya di jejaring sosial,” kata Mark Keenan, Managing Director Divorce-Online. Salah satu selebriti yang cerai akibat Facebook adalah bintang ‘Desperate Housewives’ Eva Longoria. Ia menemukan suaminya, pemain basket Tony Parker terus berhubungan dengan seorang wanita di Facebook. “Semua orang berbagi hal-hal pribadi mereka di situs jejaring sosial dan membuka hal-hal yang sifatnya sensitif ke ruang publik,” Keenan menambahkan.
Konselor perkawinan Terry Real menambahkan, sebagian orang menggunakan jejaring untuk menciptakan fantasi dan melarikan diri dari hubungan yang membosankan. “Tidak ada yang lebih menggoda dengan menciptakan dunia fantasi hingga akhirnya ketagihan untuk bertemu langsung dengan orang yang Anda temui di dunia maya,” katanya. Menurutnya, masalah sebenarnya bukan terletak dari jejaring sosial tetapi hilangnya cinta dan perhatian dalam pernikahan
Diskusi mengenai dampak negatif jejaring sosial kembali mengemuka. Kali ini dalam pertemuan tahunan “American Psychological Association” ke-119. “Tak ada yang menyangkal bahwa Facebook telah menjadi ruang bagi interaksi sosial, terutama untuk para generasi muda. Saat ini mulai bermunculan penelitian psikologi yang mendalam mengenai dampak negatif dan positifnya, ” ujar Larry D. Rosen, PhD, profesor di bidang psikologi dari California State University, Dominguez Hillz, seperti dikutip Science Daily, Senin, 8 Agustus 2011.
Beberapa efek negatif yang ditengarai muncul pada remaja yang sering mengakses Facebook antara lain munculnya kecenderungan pribadi narsistik, sementara bagi kaum dewasa muda akan timbul lebih banyak gejala dari berbagai kelainan psikologis, antara lain perilaku antisosial, mania, dan kecenderungan perilaku agresif.Penggunaan media ini secara harian juga memiliki efek negatif bagi kesehatan anak maupun remaja karena membuat mereka menjadi mudah terserang kecemasan dan depresi, yang selanjutnya membuat mereka lebih mudah terserang masalah kesehatan.
Tidak hanya itu, Facebook juga dituding dapat berpengaruh negatif pada prestasi akademik karena dianggap sebagai pemecah konsentrasi. Penelitian mengungkapkan bahwa siswa SMP, SMA, hingga perguruan tinggi yang mengecek Facebook setidaknya sekali setiap lima belas menit pada waktu belajar akan mendapat nilai yang lebih rendah.
Meski begitu, Rosen juga menyebut dampak positif Facebook, antara lain menumbuhkan ‘empati virtual’ bagi para pengguna mudanya, juga dapat menolong remaja introvert untuk belajar bersosialisasi dengan bantuan teknologi. Facebook juga dinilai dapat menjadi sarana baru pengajaran yang dapat menggaet para pelajar muda.
Untuk para orang tua, Rosen berpesan bahwa tidak ada gunanya memata-matai kegiatan anaknya di balik monitor, seperti memasang program pengawas, karena anak-anak tersebut dapat segera mengambil jalan keluar untuk lolos dari perangkat tersebut. “Anda harus mulai berdiskusi mengenai teknologi apa yang patut mereka gunakan sejak dini dan juga membangun kepercayaannya. Jadi, saat mereka dijadikan sasaran bully atau melihat gambar tak senonoh, mereka akan segera membicarakannya pada Anda,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar orang tua membangun komunikasi dengan anak-anaknya, terutama mendengarkan anak-anaknya, ketimbang hanya berbicara kepada mereka. “Perbandingannya adalah satu banding lima. Orang tua seharusnya berbicara selama satu menit dan mendengarkan dalam lima menit,” katanya.
Sumber: khidir.com
Sumber: http://nurmanali.blogspot.com/
thanks ya kak... postingannya bgus bangetz
BalasHapus