Jika anda sedang membuka akun fb dan ingin mengirim alamat posting ini kedinding anda, silahkan klik jempol dibawah:
1. Pengertian Motivasi
Chalijah Hasan menjelaskan bahwa : “motivasi satu kesatuan yang merupakan
dorongan individu untuk melakukan sesuatu seperti yang di inginkan atau
dikehendaki”.[1]
Sebuah keluarga sakinah terutama ayah (suami) dan ibu
(istri) yang memberikan motivasi kepada anak berarti menggerakan anak untuk
melakukan aktivitas belajar. Sebagaimana pandangan Sadirman AM, yaitu
“memberikan motivasi pada anak berarti menggerakan anak untuk melakukan
sesuatu.
Pada tahap awal akan menyebabkan si subyek belajar itu merasa ada kebutuhan
dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar”.[2]
Menumbuhkan motivasi dapat dilakukan dengan cara memberitahukan bahwa
belajar itu merupakan keharusan atau kewajiban bagi setiap orang Islam,
sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 122.
Dengan adanya dasar yang kuat tersebut, seorang anak akan termotivasi
dirinya untuk belajar, karena mengetahui belajar itu merupakan kewajiban bagi
setiap umat manusia.
Sebuah keluarga yang sakinah, terutama ayah dan ibu bisa menanamkan dan
menumbuhkan motivasi secara efektif. Motivasi sebagai proses mengantarkan anak
kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan merekan dapat belajar. Dalam
keluarga sakinah akan memiliki hubungan kodrat dan kekal.
Jika sekolah menekankan perkembangan inteligensi (IQ), maka dalam keluarga
seharusnya merupakan institusi perkembangan kecerdasan emosional (EQ).
Seharusnya anak mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh orang tuanya,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya : “Hak anak atas orang tuanya
adalah :
1. Memberi nama yang baik
2. Mengawinkan apabila telah sampai umur
3. Mengajarkan kitab (Al-Qur’an).(R.Abu Nu’aim dan Dailami dari Abu
Hurairah) Dla’if.[3]
Dari uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa di dalam keluarga sakinah
motivasi belajar anak harus mendapat prioritas utama, karena motivasi merupakan
kekuatan atau dorongan bathin yang mampu memperoses dan menggiatkan segala
bidang aktifitas dan tingkah laku untuk memuaskan diri seseorang dengan
memenuhi kebutuhannya dan mencapai harapannya.
2. Fungsi Motivasi
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan yang berpengaruh
pada aktifitas, maka fungsi motivasi menurut Sadirman AM, adalah :
1.
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
2.
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.[4]
Disamping itu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian
prestasi seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Demikian
posisi motivasi yang sangat vital, namun bukan berarti seseorang dapat mencapai
hasil belajar yang baik, karena berhasil tidaknya seseorang anak dalam belajar itu
tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi saja, melainkan banyak faktor yang
mempengaruhinya, hal ini sejalan dengan pendapat Ngalim Purwanto yang
menjelaskan bahwa : “berhasil tidaknya belajar itu tergantung pada macam-macam
faktor”.
Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan :
1.
Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut dengan
faktor individual.
2.
Faktor yang ada diluar individu kita sebut dengan faktor sosial. Yang
termasuk faktor individual : kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain
: keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan, serta kesempatan yang tersedia
didalam motivasi.[5]
Dengan melihat uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa dengan adanya
motivasi pada diri anak yang dibangkitkan melalui pemberian motivasi belajar
yang cukup, baik intrinsik maupun ekstrinsik, kondisi keluarga yang menunjang
yaitu ketenangan, ketentraman serta nuansa mawaddah wa rahmah serta
terpenuhinya sarana dan prasarana belajar, maka kegiatan belajar terlaksana
secara optimal.
3. Macam-Macam Motivasi
Motivasi diri timbul dan berkembang terdapat dalam dua dasar utama yakni :
motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Sadirman AM, motivasi intrinsik adalah : “motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsi tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.[6]
Dengan demikian motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
pada suatu dorongan dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas
belajar. Sedangkan menurut Chalijah Hasan motivasi intrinik adalah : “jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan dan dorongan dari orang lain”[7]
Ada beberapa macam terbentuknya motivasi intrinsik dalam kegiatan belajar,
antara lain :
1). Adanya Kebutuhan
Menurut Ngalim Purwanto : “Tindakan yang dilakukan oleh manusia pada
hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun
psikis”.[8]
Dari pendapat tersebut, bagi keluarga sakinah yang bermaksud memberikan
motivasi kepada anak, maka harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa
kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasi.
Menurut Yaumil Agoes : “memahami kebutuhan anak adalah semata-mata untuk
memberi peluang pada anak memilih berbagai alternatif yang tersedia dalam suatu
lingkungan yang kaya stimulasi”. [9] Berdasarkan kepada pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa orang tua harus mengetahui kebutuhan anak.
2). Adanya Cita-Cita
Selanjutnya pendorong yang mempunyai pengaruh besar adalah adanya
cita-cita. Cita-cita merupakan pusat bermacam-macam kebutuhan-kebutuhan,
artinya kebutuhan-kebutuhan itu biasanya direalisasikan di sekitar cita-cita
itu. Sehingga cita-cita tersebut mampu memberikan energi kepada anak untuk
melakukan sesuatu aktifitas belajar.
Jadi seseorang anak harus mempunyai cita-cita dan dengan cita-cita tersebut
dapat meraih apa saja yang diinginkan. Selanjutnya Zakiah Daradjad menjelaskan
bahwa : “Manfaat sikap-sikap cita-cita dan rasa ingin tahu anak. Pada umumnya
anak-anak preadolescent dan permulaan adolesent memiliki cita-cita yang tinggi
dan sering mereka memberi respon dalam bentuk kerja sama permainan, kejujuran
dan karajinan”.[10]
Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa perlu pemberian motivasi yang
tepat terhadap anak yang belum mengetahui pentingnya belajar yang menunjang
terhadap pencapaian cita-citanya. Disinilah peranan dan kontribusi keluarga di
tuntut untuk memberikan motivasi, agar anak dapat melakukan perbuatan yang
dapat menunjang pencapaian cita-citanya dan dalam hal ini, kontribusi keluarga
sakinah pencapaian cita-cita dan dalam hal ini, kontribusi keluarga sakinah
diwujudkan dengan cara menerangkan manfaat belajar, sehingga anak merasa
terpanggil untuk tetap belajar secara efektif dan efisien agar dapat menggapai
cita-citanya.
3) Keinginan Tentang Kemajuan Dirinya
Di dalam proses belajar, motivasi memang memegang peranan penting. Menurut
Sadirman bahwa : “melalui aktualisasi diri pengembangan kompetensi akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi
salah satu keinginan diri seseorang. Keinginan dan kemajuan diri ini menjadi
salah satu keinginan bagi setiap individu”.[11]
4) Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah
kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan
berjalan kalau disertai dengan minat.
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut Chalijah Hasan motivasi ekstrinsik adalah “jenis motivasi ini
timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar”.[12] Sedangkan Sadirman
menyebutkan : “motivasi ekstrinsik itu adalah motif-motif yang aktif dan
fungsinya karena adanya perangsang dari luar”.[13]
Motif ekstrinsik dapat pula dikatakan sebagai suatu bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar yang diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Berdasarkan pada
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik itu aktif jika di
rangsang dari luar dan mempunyai kontribusi besar dalam menumbuhkan motivasi
ini adalah keluarga sakinah, sebagai tempat yang pertama dan utama dalam proses
pendidikan. Dengan berbagai cara keluarga sakinah dapat melakukan rangsangan
untuk motivasi belajar anak.
Anak didalam melakukan sesuatu aktifitas belajar seringkali mengalami
kesulitan dan untuk mengatasi kesulitan tersebut keluarga sebagai pilar utama
harus membantu anak dalam mengatasi kesulitan tersebut. Dengan pemberian dan
penanaman motivasi kepada anak dapat menjadikan anak tumbuh menjadi pribadi
yang mandiri, lepas dari ketergantungan serta tidak mudah putus asa.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan dan membangkitkan anak agar melakukan
aktifitas belajar, diantaranya adalah :
1) Pemberian Hadiah
Hadiah merupakan alat pendidikan yang bersifat positif dan fungsinya
sebagai alat pendidik represif positif. Hadiah juga merupakan alat pendorong
untuk belajar lebih aktif. Keluarga sakinah dapat memilih macam-macam hadiah
dengan disesuaikan dengan sutuasi dan kondisi tertentu.
Motivasi dalam bentuk hadiah ini dapat membuahkan semangat belajar dalam
mempelajari materi-materi pelajaran. Dan sebuah keluarga yang sakinah harus
memilih waktu yang tepat, yaitu kapan hadiah tersebut akan diberikan untuk
mendatangkan pengaruh positif terhadap anak.
2) Kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong
belajar anak, baik persaingan individu maupun kelompok dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar anak. Memang unsur persaingan itu banyak
digunakan dalam dunia industri dan perdagangan, tetapi sangat baik jika
digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar anak.
3) Hukuman
Hukuman merupakan pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang
bersifat negatif, namun demikian dapat menjadi alat motivasi atau pendorong
untuk mempergiat belajar anak. Anak akan berusaha untuk mendapatkan tugas yang
menjadi tanggung jawanya, agar terhindar dari hukuman.
Ishom Ahmadi menyebutkan, “Hukuman adalah termasuk alat pendidikan represif
yang bertujuan menyadarkan anak didik agar melakukan hal-hal yang baik dan
sesuai dengan tata aturan yang berlaku”.[14] Sebelum hukuman diberikan,
hendaknya pendidikan atau orang tua mengetahui tahapan-tahapan seperti yang
disebutkan oleh Ishom Ahmadi, antara lain :
a). Pemberitahuan
b). Teguran
c). Peringatan
d). Hukuman.[15]
4) Pujian
Menurut Sadirman adalah “Bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik”.[16] Apabila anak berhasil dalam kegiatan
belajar, pihak keluarga perlu memberikan pujian pada anak. Positifnya pojian
tersebut dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan prestasi, akan tetapi pujian
yang diberikan kepada anak tidak berlebihan.
Karena apabila terlalu sering, maka anak akan menjadi besar kepala dan
manja. Oleh karena itu pujian hendaknya diberikan secara wajar saja agar
menjadi motivasi bagi anak.
--------------------------------------------
DAFTAR KUTIPAN:
--------------------------------------------
[1] Chalijah Hasan, Deminsi- deminsi Psikologi Pendidikan, Surabaya :
Al-Ikhlas,1994, hlm. 42
[2] Sadirman AM, Loc, Cit., hlm 75-76
[3] Nadjih Ahjat (Penerjemah), Terjemahan Al-Jami’us Shagier Juz 2,
Surabaya : PT Bina Ilmu, 1985 hlm. 477
[4] Sadirman AM, OP. CIT., hlm. 83
[5] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2002, hlm. 102
[6] Sadirman AM, Op. Cit., hlm. 87
[7] Chalijah Hasan, Op. Cit., hlm. 145
[8] Ngalim Purwanto, Op. Cit.,hlm. 77
[9] Yaumil Agoes, Peranan Keluarga Dalam Pembinaan SDM, Jakarta : Pustaka
Antara, 1993, hlm 21
[10] Zakiah Daradjad, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakara : Bumi
Aksara, 1995, hlm. 144
[11] Sadirman, Op. Cit,.hlm. 85
[12] Chalijah Hasan. Loc. Cit
[13] Sadirman AM, Op. Cit,.hlm. 88
[14] Ishom Ahmadi,
[15] Ishom Ahmadi, Loc. Cit., hlm.92
[16] Sadirman, Op. Cit., hlm. 92
0 komentar:
Posting Komentar