Jika anda sedang membuka akun fb dan ingin mengirim alamat posting ini kedinding anda, silahkan klik jempol dibawah:
Komunitas penumpang kereta rangkaian listrik Jabodetabek, KRL Mania, mengajak Presiden SBY menggunakan kereta sebagai alat transportasi.
Permintaan itu disampaikan secara resmi melalui surat dan petisi
untuk menegur tiga menteri yang mengurangi subsidi angkutan massal. Surat itu disampaikan menyusul diberlakukannya pola oparasi tunggal pada 2 Juli 2011. Rencananya, surat itu akan disampaikan Selasa 21 Juni 2011.
"Bapak Presiden, sebagaimana pejabat dan rakyat Jepang biasa menggunakan KRL dalam keseharian, kami ingin mengajak Bapak Presiden menggunakan KRL yang merupakan alat angkut massal berbasis rel dan mendukung program pengurangan emisi karbon Indonesia," tulis surat itu seperti diterima VIVAnews.com, Senin 20 Juni 2011.
Surat itu menjelaskan, dari kediaman di Cikeas, stasiun terdekat adalah stasiun Depok. Sedangkan stasiun terdekat dari Istana Presiden adalah stasiun Gambir. Bagi Wakil Presiden, dari kediaman di Mampang, dapat ke stasiun Cawang atau Kalibata, dan turun di stasiun Gambir.
Menurut KRL Mania, dengan menjadwalkan secara rutin naik KRL, maka ini akan menjadi dorongan bagi menteri-menteri, pemerintah daerah dan BUMN PT Kereta Api Indonesia dan anak perusahaannya PT KAI Commuter Jabodetabek, yang saat ini dinilai tidak serius meningkatkan pelayanan KRL mengubah diri demi mengurangi kemacetan Jabodetabek secara substansial.
"Kami berharap campur tangan langsung Bapak dapat mendorong komitmen Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN agar memberikan subsidi ke pelayanan KRL sehingga ada insentif bagi masyarakat menggunakan angkutan KRL. Tarif menjadi terlalu mahal dan jadwal tidak sesuai kebutuhan," jelas mereka.
Saat ini, menurut pengakuan PT KAI, subsidi ke pelayanan KRL berkurang. Akibatnya tarif KRL Ekonomi AC akan naik sekitar 70% dan perjalanan KRL berkurang sekitar 12%.
Mulai tanggal 2 Juli 2011, tarif KRL AC Ekonomi akan naik sekitar 70%, tetap dengan flat rate/jauh-dekat bayar sama, Rp5.500 ke Rp9.000 untuk jalur Bogor, Rp4.500 ke Rp8.000 untuk jalur Serpong, Tangerang dan Bekasi.
Secara umum total perjalanan akan turun 12%, dari 444 perjalanan saat ini, ke 393 mulai 2 Juli nanti.
Pada jam sibuk 05.00-08.00, saat ini jumlah perjalanan lintas Bogor/Depok-Tanah Abang/Kota, ada 32 perjalanan (Ekonomi Panas 13 perjalanan, tarif Rp2.000, Ekonomi AC 4, tarif Rp5.500, Ekspres 15, tarif Rp11.000). Bagi masyarakat yang kurang mampu, mereka bisa memilih paling tidak 17 perjalanan yang terjangkau (gabungan KRL Ekonomi dan Ekonomi AC).
Dalam jadwal baru per 2 Juli 2011, total perjalanan 29 (Ekonomi 9 perjalanan, tarif tetap, Commuter Line 20, tarif Rp9.000). Pilihan masyarakat kurang mampu hanya 9 perjalanan, turun hampir 50%.
Saat ini saja KRL Ekonomi sudah sedemikian padat, sehingga banyak yang naik ke atap. Jika ada satu gangguan dan perjalanan batal, terjadi kekacauan luar biasa. Apalagi jika pilihan KRL berkurang hampir 50%.
"Jika subsidi tidak diberikan dan tarif tetap naik 70% dan jadwal berkurang mulai 2 Juli nanti, kami khawatir protes bisa terjadi lebih luas dan terjadi lebih merata di berbagai stasiun dan berpotensi menjadi gesekan antara penumpang dengan petugas kereta, seperti terjadi bulan lalu di stasiun Manggarai akibat penertiban penumpang di atap dan kejadian Sabtu, 18 Juni 2011," terang mereka.
http://pangkalan-unik.blogspot.com/2011/06/komunitas-penumpang-kereta-rangkaian.html
Permintaan itu disampaikan secara resmi melalui surat dan petisi
untuk menegur tiga menteri yang mengurangi subsidi angkutan massal. Surat itu disampaikan menyusul diberlakukannya pola oparasi tunggal pada 2 Juli 2011. Rencananya, surat itu akan disampaikan Selasa 21 Juni 2011.
"Bapak Presiden, sebagaimana pejabat dan rakyat Jepang biasa menggunakan KRL dalam keseharian, kami ingin mengajak Bapak Presiden menggunakan KRL yang merupakan alat angkut massal berbasis rel dan mendukung program pengurangan emisi karbon Indonesia," tulis surat itu seperti diterima VIVAnews.com, Senin 20 Juni 2011.
Surat itu menjelaskan, dari kediaman di Cikeas, stasiun terdekat adalah stasiun Depok. Sedangkan stasiun terdekat dari Istana Presiden adalah stasiun Gambir. Bagi Wakil Presiden, dari kediaman di Mampang, dapat ke stasiun Cawang atau Kalibata, dan turun di stasiun Gambir.
Menurut KRL Mania, dengan menjadwalkan secara rutin naik KRL, maka ini akan menjadi dorongan bagi menteri-menteri, pemerintah daerah dan BUMN PT Kereta Api Indonesia dan anak perusahaannya PT KAI Commuter Jabodetabek, yang saat ini dinilai tidak serius meningkatkan pelayanan KRL mengubah diri demi mengurangi kemacetan Jabodetabek secara substansial.
"Kami berharap campur tangan langsung Bapak dapat mendorong komitmen Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN agar memberikan subsidi ke pelayanan KRL sehingga ada insentif bagi masyarakat menggunakan angkutan KRL. Tarif menjadi terlalu mahal dan jadwal tidak sesuai kebutuhan," jelas mereka.
Saat ini, menurut pengakuan PT KAI, subsidi ke pelayanan KRL berkurang. Akibatnya tarif KRL Ekonomi AC akan naik sekitar 70% dan perjalanan KRL berkurang sekitar 12%.
Mulai tanggal 2 Juli 2011, tarif KRL AC Ekonomi akan naik sekitar 70%, tetap dengan flat rate/jauh-dekat bayar sama, Rp5.500 ke Rp9.000 untuk jalur Bogor, Rp4.500 ke Rp8.000 untuk jalur Serpong, Tangerang dan Bekasi.
Secara umum total perjalanan akan turun 12%, dari 444 perjalanan saat ini, ke 393 mulai 2 Juli nanti.
Pada jam sibuk 05.00-08.00, saat ini jumlah perjalanan lintas Bogor/Depok-Tanah Abang/Kota, ada 32 perjalanan (Ekonomi Panas 13 perjalanan, tarif Rp2.000, Ekonomi AC 4, tarif Rp5.500, Ekspres 15, tarif Rp11.000). Bagi masyarakat yang kurang mampu, mereka bisa memilih paling tidak 17 perjalanan yang terjangkau (gabungan KRL Ekonomi dan Ekonomi AC).
Dalam jadwal baru per 2 Juli 2011, total perjalanan 29 (Ekonomi 9 perjalanan, tarif tetap, Commuter Line 20, tarif Rp9.000). Pilihan masyarakat kurang mampu hanya 9 perjalanan, turun hampir 50%.
Saat ini saja KRL Ekonomi sudah sedemikian padat, sehingga banyak yang naik ke atap. Jika ada satu gangguan dan perjalanan batal, terjadi kekacauan luar biasa. Apalagi jika pilihan KRL berkurang hampir 50%.
"Jika subsidi tidak diberikan dan tarif tetap naik 70% dan jadwal berkurang mulai 2 Juli nanti, kami khawatir protes bisa terjadi lebih luas dan terjadi lebih merata di berbagai stasiun dan berpotensi menjadi gesekan antara penumpang dengan petugas kereta, seperti terjadi bulan lalu di stasiun Manggarai akibat penertiban penumpang di atap dan kejadian Sabtu, 18 Juni 2011," terang mereka.
http://pangkalan-unik.blogspot.com/2011/06/komunitas-penumpang-kereta-rangkaian.html
makasih ya broww postingan blog ini sangat bagus sehingga mudah di pahami oleh pembaca,.
BalasHapus