Minggu, 28 Agustus 2011

PENGARUH DAMPAK IKLAN TV PADA ANAK

Jika anda memiliki akun twitter dan anda sedang membukanya, So Please klik link:


Jika anda sedang membuka akun fb dan ingin mengirim alamat posting ini kedinding anda, silahkan klik jempol dibawah:





Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Dalam seminggu anak menonton TV sekitar 170 jam. Apa yang mereka pelajari selama itu? Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.


Faktanya..


• Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV.


• Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun.


• Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi.


• Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman.


• Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak.


• Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.


• Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.


• Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.


Kenapa Kita Harus Mengurangi Menonton TV?


• Berpengaruh terhadap perkembangan otak


Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.


• Mendorong anak menjadi konsumtif


Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.


• Berpengaruh terhadap Sikap


Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.


• Mengurangi semangat belajar


Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.


• Membentuk pola pikir sederhana


Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.


• Mengurangi konsentrasi


Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.


• Mengurangi kreativitas


Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.


• Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)


Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.


• Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga


Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.


• Matang secara seksual lebih cepat


Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika.


Jadi, Siapa yang Seharusnya Mengurangi Menonton TV?


Semua dan setiap orang. Karena akibat buruk yang diberikan oleh TV tidak terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari TV, orangtua, anak-anak, si kaya ataupun si miskin, si pintar dan si bodoh, mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama. Seharusnya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama, keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program ‘Hari Tanpa TV’ ini, untuk membangun bangsa yang lebih baik.


Pertimbangkan Hidup tanpa TV


Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan beragam dampak buruk, banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butukan untuk sukses di masa yang akan datang. Kalau menurut Anda hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan saksama tontonan anak Anda sepanjang tahun.


Mau melihat generasi anak yang lebih sehat? Keluarga yang lebih dekat? Masyarakat yang lebih madani? Matikan TV. Hal yang mungkin kecil tapi akan berdampak besaaar!


Bantu kami untuk menyebarkan bahaya TV kepada masyarakat, dengan meningkatkan kewaspadaan publik, membantu orang untuk menikmati hidup tanpa TV, membantu mereka melakukan aktivitas yang bebas-TV, dan menawarkan tips-tips sederhana tentang cara melakukannya, kita akan membantu jutaan anak untuk mematikan TV dan menyadari bahwa hidup tanpa TV itu lebih menyenangkan dan menenangkan.


Dengan mematikan TV, kita jadi punya waktu untuk keluarga, teman, dan untuk kita sendiri.


Apa Manfaat HARI TANPA TV?


Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita senangi.


Bagaimana Caranya?


• Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat


Biasakan anak Anda membaca buku. Bila sempat, sisakan waktu setiap hari, kalau tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak Anda atau biarkan sekali-kali anak Anda yang membacakan cerita untuk Anda. Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan kepada mereka tentang ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru dan ajak anak untuk membaca beragam macam bacaan. Buatlah membaca itu gampang dan menyenangkan bagi anak Anda dengan cara membuat buku berada di sekitar mereka. Ajak mereka ke perpustakaan. Sediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran.


• Bercocok tanam


TV menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak bercocok tanam, Anda bisa mengajarkan kepada anak Anda banyak hal. Mulai membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab. Jadi setiap kali ia menyiram bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan kelak layu dan mati. Dan selalu perlu air dan matahari!


• Bermain


Hidup anak pada dasarnya adalah bermain. Dengan bermain, anak belajar banyak hal.


• Melihat awan


Aneh? Mungkin. Karena kita tidak dibiasakan menikmati langit. Atau kita biasa hanya terpaku dengan indahnya bintang-bintang di malam hari. Padahal awan itu hampir selalu ada, selalu bergerak dan kadang-kadang membentuk hal-hal yang unik, seperti kuda nil, atau pesawat terbang. Kita bisa mengajak anak untuk menggambarkan bentuk apa yang dia lihat di awan. Kadang mereka bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang berbeda. Kita juga bisa mengajaknya membuat puisi tentang awan. Atau biarkan mereka mengarang cerita tentang apa kira-kira rasanya bila kita bisa hidup di awan. Hal ini bisa memicu daya imajinasi dan kreativitas.


• Menulis surat


Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak kita. Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima balasan. Ajak anak menulis surat ke nenek kakek atau saudara yang tinggal jauh. Dan tunggu balasannya! Jika anak mulai mengenal teknologi internet, bisa saja sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih kebiasaan menulis.


• Jalan-jalan


Jalan-jalan itu mudah dan murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Kita juga bisa berjalan-jalan ke taman kota dan membuat piknik atau sekadar bermain di sana. Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bisa mengurangi berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan. Kalau kita lebih sering berjalan dari pada menggunakan transportasi bermesin, kita bisa menghemat 7 milyar gallon bensin dan 9.5 juta ton asap pembuangan kendaraan bermotor pertahunnya. Bayangkan!


• Berenang


Semua anak suka bermain air. Jadi ajak anak Anda berenang. Selain sangat menyenangkan, berenang itu juga salah satu cara berolahraga. Kalau bosan untuk berenang di kolam sekitar Anda, ajak anak untuk pergi ke pantai. Selain bermain dengan ombak, anak juga bisa diajak membuat istana yang indah dari pasir dan mengoleksi kerang-kerang yang cantik.


• Bersepeda


Kalau dilakukan sendiri, mungkin bisa membosankan. Tapi coba lah bersepeda pagi-pagi bersama seluruh keluarga. Selain murah dan menyehatkan, kita bisa mengajak anak untuk menghias sepedanya menjadi sepeda yang indah.


• Mendengarkan radio atau membaca koran


Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungin mereka bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita di TV. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan koran bisa mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia


• Memasak bersama ibu


Masak-memasak bukan hanya kerjaan ’perempuan’, bila sesuai, anak lelaki pun tidak ada salahnya diajak memasak bersama. Suatu hari keahlian itu pasti berguna juga baginya. Ajak anak Anda memasak makanan-makanan ringan yang unik dan mengasyikkan. Misalnya membuat puding semangka kuning atau es krim rasa pisang!


• Bikin lomba antar RT


Ini selalu berhasil bila 17 Agustusan tiba. Sekarang kita tidak perli menunggu moment itu. Rancang rencana perRT/RW untuk membuat acara massal anak-anak yang murah meriah setiap minggunya, jadi anak tidak terpukau di depan TV.


• Berolahraga


Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan. Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak lagi olahraga yang bisa dilakukan bersama keluarga. Kalau mau yang sederhana, main badminton. Kalau mau yang lebih menantang, pergi water rafting!


• Bakti sosial


Kita sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang-orang di lingkungan sekitar yang tidak seberuntung mereka. Ajak anak Anda untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar rumahmu.


• Rapikan rumah dan halaman


Biasanya yang ini adalah tugas pembantu rumah tangga. Kali ini, ajak anak Anda untuk memerhatikan tempat tinggalnya sendiri. Karena pembantu tidak selalu ada untuk melayani. Ingatkan anak bahwa pembantu disebut demikian karena tugasnya memang ’membantu’ hal-hal yang kita tidak bisa kerjakan. Bukan sebaliknya. Dengan demikian anak akan belajar untuk bertanggung jawab dan lebih menghargai pembantu. Lagipula, tinggal di lingkungan yang rapi dan bersih itu sehat dan menyenangkan.


• Ambil les


Pelajaran di sekolah hanya melatih otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak kanannya. Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat anak anda. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola atau drumnya, atau les menari mulai dari tarian daerah, tarian modern dan ballet, atau les-les lainnya. Tapi ingat, jangan sampai les-les ini menambah beban belajar yang sudah menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat juga.


• Bercengkrama dengan keluarga


Nah ini yang mahal. Karena penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu kita untuk keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas sehari-hari.


• Belajar


Sebetulnya apapun yang kita lakukan merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu bukan hanya lewat buku. Belajar hal-hal baru yang belum kita ketahui. Belajar naik motor atau membuat sarang burung dari kayu. Belajar mengantri, belajar main basket atau belajar untuk sehari saja tidak nonton TV dulu..!


• Mengerjakan keterampilan tangan


Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga kita bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun mandi.


• Ke kebun binatang atau musium


Mengunjungi kebun binatang selalu menyenangkan. Karena kita bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari. Anak-anak biasanya menyukainya. Bila berani, ada waktu, dan transportasi, kita juga bisa mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan binatang-binatang itu secara langsung. Selain itu, musium juga menarik untuk dikunjungi. Dari musium kita bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artifak-artifak menarik tentangnya.


Tidak punya waktu? Matikan saja TV-nya dulu. Mengurangi waktu menonton TV memang terkesan susah pada awalnya, tapi ternyata toh ada ribuan hal lain yang menarik untuk dilakukan, bukan?


Tips cara mematikan TV


• Pindahkan TV ke tempat yang tidak begitu ‘mencolok’


• Matikan TV pada waktu makan.


• Tentukan hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV.


• Jangan gunakan kesempatan menonton TV sebagai hadiah.


• Berhenti berlangganan channel tambahan (cable, dll) dan gunakan uangnya untuk membeli hal-hal yang berguna lainnya, seperti buku.


• Pindahkan TV dari kamar anak Anda.


• Sembunyikan remote controlnya.


• Tidak ada TV di hari sekolah.


Jangan terlalu khawatir bila anak mengaku bosan, karena kebosanan itu lama-lama akan menghilang dan biasanya justru menciptakan kreativitas. Karena anak banyak dipengaruhi dengan yang dilakukan orangtua mereka, adalah sangat penting untuk memperhatikan bahwa usaha apa saja, seperti lebih banyak berolahraga, mengonsumsi makanan yang lebih bergizi atau menonton TV lebih sedikit, dilakukan sebagai ‘acara keluarga’ sehingga mematikan TV adalah usaha yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga untuk menyisihkan waktu bercengkrama bersama.


(Diolah dari: turnofftv.org oleh Yayasan Kita dan Buah Hati; dan Kidia.)(*)
Diposkan oleh JAM'IYYAH SD ISLAM AL AZHAR 25 SEMARANG di 21:43 0 komentar
ANCAMAN DI BALIK JAJANAN ANAK
Sumber : Majalah Nirmala, 29 Sep 2003  Orang tua Ari (bukan nama sebenarnya, anak TK berusia 4 tahun), agak heran karena Ari masih sering kambuh asmanya, padahal semua benda yang kemungkinan memicu asma disingkirkan dari kamarnya. Kegiatannya sehari-hari dikontrol, makanannya pun telah benar-benar diseleksi. bahkan setiap berangkat sekolah pun ibunya selalu membekali jajanan sehat buatan sendiri. Tapi mengapa asmanya masih sering kambuh? Setelah diusut, ternyata diam-diam Ari sering mengkonsumsi makanan ringan dalam kemasan pemberian temannya di sekolah. Karena tubuhnya termasuk sensitif, meski makan sedikit tetap saja asmanya kambuh.


Alda tidak berpenyakit asma, hanya saja badannya memang cukup sensitif dengan bahan tambahan makanan (zat aditif). Karena itu, di rumah orang tuanya selalu menyediakan makanan yang sehat dan tidak membiasakannya untuk jajan sembarangan. Tetapi suatu ketika, melihat es berwarna-warni menarik hati yang dijual pedagang di sekolah, ia tak bisa menahan keinginannya untuk membeli. Sayangnya, minuman yang kelihatan enak itu begitu diminum langsung membuat lehernya terasa seperti tercekik.


Banyak orang tua yang menjadi bingung ketika anaknya sulit makan makanan rumah dan lebih suka jajan. Apalagi jika jajannya di lingkungan sekolah sehingga sulit diawasi. Bagaimana mengatasinya?


Pernahkah Anda perhatikan apa saja jajanan yang dikonsumsi anak sewaktu di rumah atau di sekolah? Jajanan kaki lima,fast food, permen, soft drink, atau snack seperti keripik kentang hingga keluarga chiki? Kasus-kasus tersebut tentu bukan cerita baru. Kebiasaan jajan pada anak-anak memang sulit dihilangkan. Terkadang, saking seringnya jajan, mereka malas makan masakan rumah.


Padahal apa yang dimakan anak sangat menentukan kecerdasan dan kesehatannya. Kebiasaan mengkonsumsi junk food, fast food, makanan instan dan makanan olahan yang berlebihan, mudah menimbulkan kekurangan gizi kronis pada anak-anak. Apalagi jika pola makan itu dibiasakan sejak usia pra sekolah hingga remaja. Pengaruhnya akan terasa setelah dewasa.


Jadi bila selama ini Anda membiarkan saja kebiasaan jajan anak, waspadalah! Berbagai bahan tambahan makanan berbahaya yang terkandung di dalamnya, cepat atau lambat akan menurunkan daya tahan tubuh, begitu pula kemampuan belajarnya. Apalagi jika konsumsi makanan sehat sebagai penyeimbang sangat kurang. Memang ada sebagian orangtua yang cukup berhasil membiasakan anaknya mengkonsumsi makanan sehat dan jarang jajan selama di rumah. Sayangnya, begitu masuk sekolah anak-anak jadi senang jajan juga karena terbawa oleh teman-temannya. Lalu bagaimana mengatasinya?


Jajanan kemasan dan kaki lima sama bahayanya
Sebenarnya tanpa disadari, orang tua juga ikut andil dengan kebiasaan buruk tersebut. Tak jarang, untuk menenangkan anak yang sedang rewel, orang tua terkadang membiarkan anaknya jajan atau bahkan membelikan jajanan. Akibatnya, anak menjadi kenyang dan malas makan masakan rumah; Akibat (ainnya, lama kelamaan anak jadi punya kebiasaan jajan.


Ada orang tua yang merasa sudah cukup bijaksana dengan melarang anaknya mengkonsumsi jajanan kakilima tapi membekali anaknya dengan snack seperti keripik kentang atau cokelat, soft drink, atau jenis junk food lainnya seperti permen, biskuit, krekers dan aneka fast food.


Padahal junk food telah dikenal sebagai makanan miskin gizi dan mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya. Makanan-makanan tersebut tidak lagi alami, karena telah kehilangan zat-zat alaminya yang berkhasiat. Namun hal itu luput dari perhatian karena daya tarik iklan dan kemasannya.


Sementara itu, ada juga orang tua yang membiarkan anaknya makan jajanan kakilima dan kue-kue tradisional dengan keyakinan bahwa jajanan tersebut lebih aman buat anaknya. Padahal kenyataannya, selain kebersihannya kurang terjamin, penggunaan MSG (vetsin), pengawet, pewarna, dan pemanis buatannya bahkan lebih sulit dikontrol.


Menurut survey Yayasan Kusuma Buana, sebuah LSM di Jakarta yang bergerak di bidang kesehatan, cukup banyak anak yang berangkat ke sekolah tanpa sarapan (16,9 % dari 3495 siswa yang diteliti). Akibatnya, mereka jajan di warung dekat sekolah atau pedagang kakilima di sekitar sekolah.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2001 / 2002 di 13 SD di Jakarta, ternyata kesibukan orang tua di pagi hari atau belum adanya selera makan di pagi hari menjadi alasan anak berangkat sekolah tanpa sarapan. Namun demikian, pola jajan di sekolah ternyata dilakukan juga oleh siswa yang sudah sarapan di rumah masing-masing.


Ketika jajanan di sekitar sekolah-sekolah tersebut diteliti di Laboratorium Institut Pertanian Bogor, dari 34 sampel makanan dan 15 sampel minuman yang diteliti, temyata 58,8 persen makanan dan 73,3 persen minuman mengandung bakteri E. coli dan enterobacter(penyebab diare), zat pewarna, zat pengawet, atau pemanis buatan sakarin.


Sementara para siswanya, 3160 orang, ketika diperiksa darahnya, sebanyak 1565 anak ternyata mengidap anemia (kurang darah). Saat 332 orang di antaranya diperiksa secara acak, sebanyak 1 8,1 persen menderita kurang gizi.


Telmi (telat mikir) sampai kankerHiroshi Osawa, seorang profesor dari Universitas Iwate, Jepang, sejak tahun 1984 telah meneliti perilaku kekerasan remaja Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan kekerasan tersebut diakibatkan oleh konsumsi minuman ringan dalam kaleng atau botol dan makanan junkfood yang terlalu banyak. Selain itu, hasil penelitian juga memperlihatkan hubungan antara perilaku pemarah dan menurunnya konsentrasi dengan ketidakseimbangan metabolisme glukosa pada otak. Ketidakseimbangan ini erat kaitannya dengan konsumsi gula dan karbohidrat olahan berlebihan
Bagi anak yang sensitif, pengawet dan pewarna dapat mencetuskan gejala alergi baik pada tubuh dan otaknya, di samping itu juga menimbulkan gejala diare. Alergi pada zat-zat aditif atau zat-zat tertentu pada makanan, dapat mempengaruhi suasana hati, perilaku dan proses berpikir. Bahkan dalam jangka panjang akan mempertinggi risiko kanker. Zat-zat dalam makanan lain (secara tidak langsung) yang dapat mengganggu aktivitas massa penghantar saraf otak (neurotransmitter) di otak, di antaranya: aroma sintetis, mono sodium glutamat (MSG), atau salisilat sintetis. Asupan MSG dalam jumlah banyak yang terus menerus dalam jangka pendek akan membuat anak jadi haus, pusing, dan mual.


Pengaruh tersebut dapat melalui beberapa cara berikut, yaitu:
Mempengaruhi aktivitas otak atau mengacaukan pembentukan serta pengeluaran neurotransmitter yang memodifikasi suasana hati.
Mengganggu atau menghambat aliran neurotransmitter sehingga saraf penerima pesan tidak dapat memahami sinyal listrik yang dikirim.
Mempengaruhi enzim-enzim yang mengatur aktivitas neurotransmitter.
Gejala atau efek yang ditimbulkan oleh zat-zat pembuat alergi tersebut bisa bervariasi, misalnya kurang gairah belajar, kurang konsentrasi, meningkatnya kenakalan, mudah mengantuk, cemas, dan daya ingat berkurang. Karena efeknya samar dan tidak begitu nyata, orangtua sering mengabaikan. Kalau anak malas belajar, dianggap karena terlalu sering nonton televisi atau main video game.


Mulailah dari rumah
Sesungguhnya anak membentuk kebiasaan makannya dari rumah. Kebiasaan sarapan di rumah atau membawa bekal dari rumah adalah contoh kebiasaan yang baik. Anakanak yang tidak dibiasakan jajan di rumah umumnya juga tidak akan terlalu banyak jajan ketika sekolah.


Hal lain yang perlu dicermati orangtua adalah gencarnya iklan produk makanan di media massa, terutama televisi. Karena jiwanya masih labil, maka anakanak mudah sekali menjadi korban iklan. Terutama jika yang diiklankan adalah produk makanan baru untuk anakanak. Lebih-lebih kalau disertai iming-iming hadiah berupa mainan yang menarik.


Selanjutnya, lingkungan Taman Kanak-Kanak atau sekolah juga akan membentuk kebiasaan anak. Jika teman-teman sekolahnya biasa jajan, anak akan lebih sulit menahan diri untuk tidak jajan. Di sinilah pentingnya peran para guru dalam memotivasi anak untuk membawa bekal atau memilih jajanan yang sehat dan aman.


Karena itu, sungguh patut dicontoh sekolah-sekolah yang kini mulai memberikan perhatian pada konsumsi makanan muridnya selama di sekolah (lihat boks). Adanya kerja sama yang baik antara orang tua dengan guru-guru di sekolah tentu sangat membantu membuat anak lebih banyak mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari jajan.


Contoh bahan tambahan makanan berbahaya dan akibatnya
Pemanis buatan yang biasa dipakai pedagang dalam es mambo atau es sirup misalnya:
Sakarin : menyebabkan kanker kantung kemih dan bersifat karsinogenik pada binatang.
Siklamat : Berpotensi menyebabkan pengecilan testicular dan kerusakan kromosom.
Pewarna merah yang seharusnya untuk tekstil tapi oleh pedagang digunakan untuk mewarnai limun, sirup, permen, bahkan terasi:
Rhodamine B : ketika diujikan pada mencit dan tikus menimbulkan efek pertumbuhan badan yang lambat, muncul sifat gelisah dan kemungkinan memicu kanker.
Bahan pengenyal yang sering digunakan pada bakso :
Boraks : bersifat akumulatif terhadap kesehatan (terkumpul sedikit demi sedikit dlam otak, hati, dan testis (alat reproduksi pria). Kalau dosisnya sudah tinggi bisa timbul gejala pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, bahkan kematian.
sumber : http://jamiyyahaa25.blogspot.com/?expref=next-blog


Sumber: http://nurmanali.blogspot.com/

2 komentar:

  1. informasinya sangat menarik dan layak untuk dipublikasikan.. semoga banyak yang berkunjung ke blog ini thank you very much gan.

    BalasHapus